DuuDoxeek82MOCmc98xdi89lHUhYNPeEcNhBHoUk
Bookmark

(1) Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin (1 huruf)


1. Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin (1 huruf)

Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin (1 huruf) adalah setiap kata yang terdiri dari tiga huruf asli dan ketambahan dengan satu huruf ziyadah. Dan Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin disebut juga fi’il ruba’I karena total semua huruf ada 4 huruf. Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin memiliki 3 pola wazan, yaitu :

1. Fa’ala – yufa’ilu ( فَعَّلَ - يُفَعِّلُ )

2. Faa’ala – yufaa’ilu ( فَاعَلَ - يُفَاعِلُ )

3. Af’ala – yuf’ilu (( أَفْعَلَ – يُفْعِلُ 


Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin (1 huruf)

1. Wazan Fa’ala – yufa’ilu ( فَعَّلَ - يُفَعِّلُ )

Untuk pembahasan yang pertama di dalam buku al amtsilah tashrifiyah adalah wazan  Fa’ala – yufa’ilu ( فَعَّلَ - يُفَعِّلُ ). Yaitu Tsulasi mujarrod berubah wazannya menjadi ( فَعَّلَ ), cirinya adalah dengan ketambahan tad’if (tasydid). Di dalam penjelasan yang lainnya, bahwasanya cirinya adalah ketambahan huruf sejenis di antara fa’ fi’il dan ‘ain fi’il.

Faidah yang dapat kita ambil dalam wazan Fa’ala – yufa’ilu ( فَعَّلَ - يُفَعِّلُ ) adalah sebagi berikut :


a) لِلتَّعْدِيَةِ  (Menekankan) 

Contoh : فَرَّحَ زَيْدٌ عَمْرًا  (Zaid menggembirakan Amron)

Bentuk asal fi’ilnya adalah فَرِحَ – يَفْرَحُ  (Gembira)


b) لِلدَّلَالَةِ عَلَى تَكْثِيْرِ  (Menunjukkan suatu perbuatan yang berulang-ulang atau banyak)

Contoh:  قَطَّعَ زيدٌ الْحُبْلَ   “Zaid telah memotong-motong tali itu”


c) لِنِسْبَةِ المفعول إلى أصل الفعل  (Menisbatkan maf’ul pada asal fi’il)

Contoh:  كَفَّرَ زيدٌ عمرًا    “Zaid menuduh Amar kafir”

Asal fi’ilnya adalah كُفْرٌ.


d) لِسَلْبِ أصلِ الفعلِ من المفعولِ  (Menghilangkan asal fi’il dari maf’ul)

Contoh:  قَشَّرَ زيدٌ الرُّمَّانَ   “Zaid mengupas kulit delima itu”

Asal fi’ilnya adalah قِشْرٌ.


e) لاتِّخاذِ الفعلِ من الإسمِ  (Mambuat fi’il dari isim)

Contoh:  خَيَّمَ الْقَوْمُ   “Kaum itu membuat kemah (berkemah)”

Al-ismu pada contoh ini adalah خَيْمَة (kemah atau tenda).


2. Wazan Faa’ala – yufaa’ilu ( فَاعَلَ - يُفَاعِلُ )

Pembahasan yang ke dua adalah wazan Faa’ala – yufaa’ilu ( فَاعَلَ - يُفَاعِلُ ). Setiap kata yang mengikuti wazan ini ditandai dengan tertambahnya alif zaidah yang terletak setelah fa’ fi’il.

Faidah yang dapat kita ambil dalam wazan Faa’ala – yufaa’ilu ( فَاعَلَ - يُفَاعِلُ ) adalah sebagi berikut :


a) للمُشارَكَة بيْن الإثنيْنِ  (Persekutuan antara dua pelaku)

المشاركة اَنْ يفعل اَحدهما مايفعله الأخَرُ حتى كل منهما فاعلا ومفعولا

“Musyarakah adalah salah satu dari kedua pelaku mengerjakan apa yang dilakukan oleh pelaku yang lainnya, sehingga mereka menjadi fai’il dan juga maf’ul”

Contoh:  ضَارَبَ زيدٌ عمرًا   “Zaid berkelahi dengan Amar”


b) لمعنى "فَعَّلَ" التي للتكثير

Contoh:  ضَاعَفَ اللّهُ   “Semoga Allah melipat gandakan”


c) لمعنى "أفْعَلَ" التي للتعدية

Contoh:  عَافَكَ اللّهُ   “Semoga Allah menyehatkan anda”


d) لمعنى "فَعَلَ" المُجَرَّد

Contoh:  سَافَرَ زيدٌ   “Zaid telah pergi”

سَافَرَ sama artinya dengan سَفَرَ.


3. Af’ala – yuf’ilu ( أَفْعَلَ – يُفْعِلُ )

Pada pembahasan yang terakhir ini di bab Tsulasi Mazid Biharfin Wahidin (1 huruf) adalah wazan Af’ala – yuf’ilu ( أَفْعَلَ – يُفْعِلُ ) . Diantara tanda-tandanya adalah dengan tertambahnya hamzah qot’I atau hamzah yang berharokat fathah di awal kalimatnya.

Faidah yang dapat kita ambil dalam wazan Af’ala – yuf’ilu ( أَفْعَلَ – يُفْعِلُ ) adalah sebagi berikut :


a) للتعديّة

Yang dimaksud dengan  ta’diyyah adalah merubah fi’il lazim menjadi muta’adi. 

Contoh: أَكْرَمْتُ زَيْدًا  “Saya memuliakan Zaid”.


b) للدخول في الشّيء  (Masuk pada sesuatu)

Contoh: أَمْسَى الْمُسَافِرُ    “Musafir itu telah memasuki diwaktu sore”


c) لقصد المكان  (Menuju suatu tempat)

Contoh: أَعْرَقَ عمروٌ    “Amar menuju (datang) ke negeri Iraq”


d) لوجود مااشْتَقَّ منه الفعلُ في الفاعل  (munculnya asal fi’il didalam fa’il)

Contoh: أَثْمَرَ الطَّلْحُ    “Pohon pisang itu telah berbuah”

مااشْتَقَّ disini adalah ثَمَرٌ, dan darinyalah tercetak fi’il (pekerjaan), yang mana pekerjaan tersebut terjadi pada fa’il-nya.


e) للمُبالَغَة  (Melebihkan makna fi’il)

Contoh: أَشْغَلْتُ عمرًا    “Saya sangat menyibukkan Amar”


f) لوِجْدانِ الشيءِ في صِفةٍ  (Menemukan sesuatu pada sifat)

Maksudnya adalah fa’il mendapati maf’ulnya pada sebuah sifat, yaitu asal fi’il.

Contoh: أَعْظَمْتُهُ   “Saya sangat muliakannya”


g) للصَّيْرُورة  (Berubah menjadi)

Contoh: أَقْفَرَ الْبَلَدُ   “Negeri itu menjadi sunyi”


h) للتَّعْريْض  (Memamerkan)

Maksudnya fa’il menawarkan supaya maf’ul-nya diberi hukum dengan asalnya fi’il.

Contoh: أَبَاعَ الثَّوْبَ   “Dia menawarkan baju itu untuk dijual”


i) للسَّلْب  (Menarik atau menghilangkan)

Contoh:  أَشْفَى الْمَرِيْضُ

“Orang yang sakit itu telah hilang kesembuhannya”


j) للحَيْنونَة  (Tiba masa)

Contoh:  أًحْصَدَ الزَّرْعُ   “Tanaman itu telah tiba waktunya untuk dipanen”


Lanjut Part Selanjutnya 👉 (2) Tsulasi Mazid Biharfaini (2 huruf)

1 komentar

1 komentar

  • Hanif El Amru
    Hanif El Amru
    13 Mei 2023 pukul 13.03
    Syukron min 🙏
    Reply
close
-->