DuuDoxeek82MOCmc98xdi89lHUhYNPeEcNhBHoUk
Bookmark

Yuk, Memancing Rezeki dengan Istighfar



Istighfar merupakan salah satu faktor terbesar dan terpenting untuk memperoleh rezeki.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman mengisahkan Nabi Nuh alaihis Salam: “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

Demikian pula mengisahkan Nabi Hud 'alaihis Salam: “Dan (dia berkata): "Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hud: 52)

Yuk, Memancing Rezeki dengan Istighfar

Pada ayat-ayat diatas, Allah memberikan balasan istighfar berupa hal-hal berikut ini:

Pertama, Menurunkan hujan yang lebat dan terus-menerus. Ibnu Abbas berkata, “Midraran adalah susul-menyusul satu sama lain.”

Kedua, Kebun-kebun yang hijau.

Ketiga, Sungai-sungai air tawar yang mengalir.

Al-Qurthubi berkata: “Ayat-ayat diatas merupakan dalil bahwa istighfar bisa dijadikan sebagai sarana untuk memohon turunnya rezeki dan hujan.”

Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan dalam tafsirnya, “Yakni, jika kalian bertaubat dan beristighfar kepada Allah, serta menaati-Nya, niscaya kalian akan dikaruniai rezeki yang banyak dan Allah akan menghujani kalian denga berkah-berkah dari langit, mengeluarkan berkah-berkah bumi, menumbuhkan tanaman-tanaman, mengalirkan susu binatang ternak dengan deras, serta menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya terdapat berbagai macam buah-buahan, sedangkan di sela-selanya terdpat sungai-sungai yang mengalir.”

Amirul Mukminin Umar Radhiyallahu 'anhu berpegang kepada kandungan ayat-ayat ini ketika beliau memohon hujan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Diriwayatkan dari Mutharrif, dari Sya’bi bahwa Umar Radhiyallahu 'anhu pada suatu hari berangkat untuk melaksanakan shalat istisqa’ bersama kaum muslimin. Ketika berdoa, ia hanya beristighfar, tidak lebih dari itu. Maka ia ditanya, “Kami tidak mendengar Anda mengucapkan doa untuk meminta hujan?” Ia menjawab, “Aku sudah meminta hujan dengan rasi-rasi bintang (majadih) yang menyebabkan turunnya hujan.” Kemudian ia membaca ayat, “Mohon ampunlah kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”

Majadih adalah jamak dari majdah, yaitu salah satu bintang yang dikenal orang-orang Arab sebagai rasi bintang yang mengindikasikan turunnya hujan. Umar menyerupakan istighfar dengan rasi bintang (rasi bintang sebagai musyabbah bih dalam ilmu balaghah), bukan berarti ia mempercayai ramalan bintang, akan tetapi ia ingin berbicara kepada masyarakat dengan bahasa yang biasa mereka kenal.

 Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman dalam kitab-Nya,

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud: 3)

Ayat diatas mengandung janji Allah untuk memberikan kenikamatan yang baik bagi siapa yang beristighfar dan bertaubat. Maksud firman Allah, “Yumatti’kum mata’an hasanan” menurut Ibnu Abbas adalah “memberikan kepada kalian rezeki dan kelapangan.”

Qurthubi berkata, “Inilah buah istighfar dan taubat, yaitu Allah akan memberi kalian kenikamatan berupa berbagai hal yang bermanfaat, seperti kelapangan rezeki dan kebahagian hidup.”

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Nabi Sallallahu 'alaihi wa Sallam disebutkan, “Barangsiapa yang banyak beristighfar, niscaya Allah memberikan kelapangan baginya dari setiap kecemasan, jalan keluar dari setiap kesempitan, serta memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya.”

Dalam hadits ini, Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa Sallam sebagai seorang yang jujur dan terpercaya mengabarkan tiga manfaat yang akan diperoleh siapa yang banyak beristighfar, salah satunya adalah rezeki dari Allah Yang Maha Memberi Rezeki dan Yang Maha Memiliki Kekuatan Kokoh, dari arah yang tidak disangka-sangka, tidak diharapkan, tidak terbetik di hati seorang hamba.

Oleh karena itu, siapa yang menginginkan rezeki yang banyak dan barakah, hendaklah segera beristighfar dengan ucapan maupun perbuatan. Tetapi hati-hati, jangan sampai istighfar itu terbatas pada ucapan tanpa disertai perbuatan, karena itu adalah prilaku para pembohong. Barakallhu fiikum.

Sumber : Buletin Al Islam 2018
Posting Komentar

Posting Komentar

close
-->