DuuDoxeek82MOCmc98xdi89lHUhYNPeEcNhBHoUk
Bookmark

Penerapan Korespondensi dalam Dakwah Islam



A.  Pendahuluan
Salah satu bentuk media dalam berdakwah adalah melalui surat. Surat dakwah itu sendiri merupakan salah satu media dakwah dalam bentuk tulisan dan wahana untuk mengajak orang beriman bagi kaum tertentu.  Saat ini, dakwah dengan media tulisan menjadi bagian penting dalam proses dakwah. Hal ini ditunjukkan dengan semakin menjamurnya majalah,surat kabar, hingga bulletin bulletin islami. Selain itu akses mengenai berita dunia islam juga sangat mudah di peroleh melalui perkembangan teknologi informasi yaitu internet. Dakwah melalui tulisan tidak hanya menjadi ekspresi jiwa intelektualitas dari umat islam, namun menjadi wujud begitu pentingnya dakwah melalui surat.

Dakwah melalui media bukanlah hal yang baru, melainkan pada zaman dahulu para nabi pun pernah berdakwah melalui media misalnya nabi Sulaiman AS yang medakwahi ratu balqis dengan mengirimkan surat dan nabi kita nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam pun mencontohkan kepada kita bagaimana berdakwah melalui surat menyurat atau korespondensi. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam selain berdakwah dengan lisan atau secara langsung, beliau juga berdakwah melalui surat menyurat, beliau memberikan surat dakwah beliau kepada raja raja yang masih belum beriman yang di sampaikan oleh utusan Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam.

Fakta sejarah mencatat, pasca diberlakukannya perjanjian hudaibiyah, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam sangat gencar mengajak para raja di negeri sebrang untuk memeluk agama islam. Setelah perjanjian hudaibiyah keadaan menjadi tenang dan dakwah islam mendapat ruang gerak secara progresif. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam menulis surat kepada para raja-raja dan para pemimpin arab, mengajak mereka masuk islam, menuju jalan Allah dengan cara bijaksana dan nasihat yang baik. beliau sangat memperhatikan hal ini, sehingga beliau memperlakukan dakwah melalui surat sedemikian rupa. Dalam dakwah melalui surat, Rasulullah memilih orang yang layak untuk ditulis dalam menyampaikan suratnya, memilih utusan yang mengetahui bahasa dan kultur Negara,obyek dan sebagainya.

B.  Pengertian korespondensi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia korespondensi berasal dari kata ko.res.pon.den.si yang artinya perihal surat menyurat, perihal hubungan antara bunyi yang satu dan yang lain dalam sajak,hubungan antara bentuk dan isi. 

Korespondensi adalah istilah umum yang merujuk kepada aktivitas penyampaian maksud melalui surat dari satu pihak kepada pihak yang lain. Korespondensi dapat atas nama jabatan dalam suatu perusahaan/organisasi atau atas nama perseorangan. Kegiatan saling berkirim surat oleh perseorangan atau oleh organisasi disebut surat menyurat atau korespondensi.

Secara etimologi korespondensi diambil dari bahasa asing (inggris) yakni correspondence (bersama) dan respondere (merespon). Dan saat diterjemahkan korespondensi memiliki 2 makna yaitu : 1. Hubungan kesamaan dan 2. Komunikasi melalui surat. 

C.  Dakwah korespondensi
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah dan akhlak islam. Kata dakwah merupakan masdar dari kata kerja da’a yad’u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Dakwah secara etimologis, menurut Bahi al-Khuli mengatakan, dakwah adalah memindahkan suatu situasi manusia kepada situasi yang lebih baik.  Pendapat ini lebih didasarkan pada perubahan situasi obyek dakwah. Berbeda dengan Muhammad ‘Abduh (w. 1905 M/1323 H) yang mengistilahkan dakwah dengan ishlah, yaitu memperbaiki keadaan kaum muslimin dan memberi petunjuk kepada orang-orang kafir untuk memeluk Islam. Abduh mensinyalir perubahan yang ada lebih pada aspek agama.

Sedangkan Abu Bakar Zakaria mengatakan, dakwah ialah usaha para ulama dan orang yang memiliki pengetahuan tentang agama (Islam) dengan memberi pengajaran kepada masyarakat akan hal-hal yang dapat menyadarkan mereka terhadap urusan keagamaan dan keduniaannya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Zakaria menyoroti dakwah dalam praktek, dimana unsur dakwah sudah dimasukkan dalam definisi yang disusunnya, sekaligus tujuan dakwah itu sendiri. Dari beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa dakwah adalah sebagai berikut:

a. Proses memberi tuntunan dan pedoman serta jalan hidup yang harus dilalui dan dihindari oleh manusia agar mereka mendapat petunjuk dan terhidar dari kesesatan.

b. Proses mengubah dan memperbaiki keadaan seseorang atau masyarakat dari yang tidak baik kepada yang baik, dari masyarakat jahili menjadi masyarakat Islami.

c. Memberikan penghargaan akan sesuatu nilai agama yang didakwahkan itu sehingga dirasakan oleh seseorang atau masyarakat suatu kebutuhan yang vital dalam kehidupannya. Dalam pelaksanaan dakwah digunakan media sebagai sarananya. Media dakwah merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan dalam aktivitas dakwah. Media itu sendiri memiliki relativitas yang sangat bergantung dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Hamzah Ya’qub dalam Aziz (2012) membagi wasilah (media) dakwah menjadi lima, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak.

1. Lisan, yaitu wasilah dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Dakwah dengan wasilah ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2. Tulisan, yaitu dakwah dengan menggunakan media tulis (cetak), seperti buku, majalah, surat kabar, dan spanduk.

3. Lukisan, bisa berupa gambar atau karikatur.

4. Audio visual, yaitu alat dakwah yang merangsang indera pendengaran atau penglihatan. Misalnya, televisi, film, slide, internet, dan sebagainya.

5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.

Dari media dakwah di atas dapat diketahui bahwa keberadaannya mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Penelitian ini berusaha mengungkap dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW melalui tulisan, yang kemudian dikenal sebagai dakwah bi al-qalam atau dakwah korespondensi. Kata “korespondensi” biasa diartikan sebagai “surat” yaitu: kertas atau bahan lain seperti kain atau sesuatu yang lainnya yang mempunyai fungsi untuk ditulisi dengan berbagai isi yang dituliskan dengan maksud dan fungsi di dalamnya.

Surat adalah alat komunikasi yang mempergunakan bahasa tulisan di atas selembar kertas yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Sejak zaman dahulu hingga zaman serba modern ini, manusia tidak dapat melepaskan dirinya dari kepentingan manusia lainnya baik yang berada di sekitarnya maupun di tempat yang berjauhan. Pengertian surat tersebut bersifat umum dan berlaku untuk berbagai keperluan atau kepentingan tergantung pada maksud dan tujuan masing-masing pengirim surat.

Zaman dahulu bentuk surat sangat sederhana. Penulisan, bahan atau cara mengirimkannya pun juga sangat sederhana. Dahulu orang menuliskan isi surat dengan mempergunakan alat sederhana seperti misalnya dengan mempergunakan bulu ayam, bulu burung atau sejenisnya. Bahkan ada juga yang mempergunakan ukiran yang dipahatkan pada kulit atau daun-daunan. Cara mengirimkannya pun juga sangat sederhana. Mereka mempergunakan tenaga manusia untuk mengirimkan surat. Caranya cukup dengan hanya berjalan kaki atau bahkan berlari walaupun jarak yang harus ditempuhnya cukup jauh.

D. Dakwah Korespondensi Nabi Muhammad SAW
       Menurut ahli Sejarah Islam, Muhammad bin Sa’ad sebagaimana dilansir oleh Ya’cub (1997), disebutkan dari keseluruhan surat-surat Rasulullah yang pernah ada, tercatat ada sekitar 105 buah surat yang telah ditulis lengkap dengan sanadnya. Sementara untuk lebih khusus, dalam hal jumlah surat-surat yang pernah disampaikan Rasulullah kepada para penguasa belum dapat dipastikan jumlahnya. Tentunya jumlah surat seruan yang telah dibuat oleh Rasulullah lebih dari lima buah sebagaimana yang telah menjadi tema dalam penyusunan penulisan ini. Ketika muncul gagasan untuk mengirimkan surat-surat seruan yang ditujukan kepada para penguasa itu, situasi yang berlangsung dalam masyarakat Islam di Madinah sangat kondusif. Keadaan seperti itu jelas sangat memungkinkan bagi Rasulullah untuk menyampaikan banyak surat seruan yang ditujukan kepada para pemimpin yang ada di Jazirah Arab maupun wilayah-wilayah lain di luar Jazirah Arab.Alasan menampilkan lima surat Rasulullah ini dengan pertimbangan bahwa surat-surat tersebut sangat populer dan selalu menjadi salah satu surat yang pernah disampaikan oleh Rasulullah kepada para penguasa itu adalah sebagai berikut:

1.  Surat Kepada Kaisar Najasyi 
       Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menulis surat kepada Najasyi, raja Habasyah yang menerima kaum muslimin yang mengungsi ke negerinya. Amir bin Umayyah adh Dhamri menyampaikan surat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi : Bismillahirohmanirohim  Dari Muhammad Rasulullah kepada najasyi pemimpin habasyah (Habsyi). Kesejahteraan bagi siapapun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd. aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah selain Nya. Dialah penguasa yang maha suci memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang berkuasa. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh Allah dan kalimatnya yang disampaikan kepada Maryam yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu dia mengandung Isa dari rohnya dan tiupannya sebagaimana dia menciptakan Adam dengan tangannya. Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu baginya dan senantiasa menaati nya, dan hendaklah Tuan mengikuti aku beriman kepada apa yang diberikan kepadaku. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku menyeru Tuhan dan pasukan tuan kepada Allah Azza wa Jalla. Aku sudah mengajak dan memberi nasihat maka Terimalah nasihatku. Kesejahteraan bagi siapapun yang mengikuti petunjuk.

Begitu najasyi menerima surat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam ya langsung mengangkat surat itu dan meletakkannya di depan matanya. Ia turun dari singgasananya ke lantai, lalu masuk Islam di hadapan Ja'far Bin Abu Thalib yang masih berada di sana bersama para pengungsi muslim.

Najasyi membalas surat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam yang menyetujui bahwa Nabi Isa memang benar seorang utusan Allah yang lahir dari Bunda Maryam yang suci. Najasyi juga menyatakan bahwa ia memeluk Islam dan menyatakan sumpah setia kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga meminta Najasyi agar mengirim pulang Ja'far bin Abi Tholib ke Madinah. Najasyi pun menyediakan dua Perahu. Turut pula dalam rombongan itu Amir bin Umayyah sang pembawa surat.

2.  Surat kepada kaisar heraclius
     Disebutkan oleh Ibnu Abbas dalam sebuah kisah yang panjang, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam pernah mengirim surat kepada raja Romawi, Heraclius. Selanjutnya dia mencari orang Mekah, yang saat itu sedang berdagang di Syam. Pada saat yang sama, ternyata Abu Sufyan sedang menjalankan bisnis di Syam. Terjadilah dialog antara raja dengan Abu Sufyan –sebelum ia masuk Islam- radhiallahu ‘anhu, membahas ciri-ciri nabi yang diutus di Mekah.

Selanjutnya Abu Sufyan menceritakan tentang isi surat yang dikirim Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam kepada Raja Heraclius :

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أَدْعُوكَ بِدِعَايَةِ الإِسْلاَمِ، أَسْلِمْ تَسْلَمْ، يُؤْتِكَ اللَّهُ أَجْرَكَ مَرَّتَيْنِ، فَإِنْ تَوَلَّيْتَ فَإِنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأَرِيسِيِّينَ ” وَ {يَا أَهْلَ الكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَنْ لاَ نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}

Bismillahir rahmanir rahiim…

Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya

Kepada Heraclius, raja Romawi

Salaamun ‘ala manit-taba’al huda, amma ba’du

(keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, selanjutnya)

Saya mengajak Anda dengan seruan Islam. Masuklah Islam, niscaya Anda akan selamat. Allah akan memberikan pahala kepada-Mu dua kali. Jika Anda berpaling (tidak menerima) maka Anda menanggung semua dosa kaum Arisiyin. Katakanlah, “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran: 64).

Hadis ini diriwayatkan Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan yang lainnya .

3.  Surat kepada Al muqaiqis
      Al-Muqauqis menyambut baik ketika Hathib bin Abi Balta’ah datang untuk menyampaikan surat Nabi Muhammad. Dia kemudian mengajukan beberapa pertanyaan perihal Nabi Muhammad. Di antaranya mengapa Nabi Muhammad tidak mendoakan binasa kaumnya yang mengsusirnya. “Beliau seperti Isa As. yang tidak mendoakan kebinasaan kaumnya ketika kaumnya bermaksud menyalipnya,” jawab Hathib bin Abi Balta’ah.  Karena puas dengan jawaban-jawaban yang disampaikan Hathib, al-Muqauqis membalas surat Nabi Muhammad dengan penuh hormat. Dia juga memberikan Nabi sejumlah hadiah, termasuk dua orang gadis Koptik. Salah satunya Maria al-Qibtiyah yang nantinya dipersunting Nabi Muhammad. Di samping itu, sebetulnya al-Muqauqis tahu bahwa akan ada Nabi baru yang diutus Allah. Semula Nabi baru dianggap akan berasal dari Syam, namun ternyata dari Makkah. 

4.  Surat kepada Munzir bin sawa
      Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menulis surat kepada Al-Mundzir bin Sawa, pemimpin Bahrain, berisi seruan agar dia masuk Islam. Beliau mengutus Al-Ala’ bin Hadharni untuk menghantarkannya.
Setelah menerima dan membaca surat beliau, Al-Mundzir menulis balasannya sebagai berikut:
“Amma ba’d. Wahai Rasulullah, saya sudah membaca surat tuan yang tertuju kepada rakyat Bahrain. Di antara mereka ada yang menyukai Islam dan kagum keapdanya lalu memeluknya, dan di antara mereka ada pula yang tidak menyukainya. Sementara di negeriku ada orang-orang Majusi dan Yahudi. Maka tulislah lagi surat kepadaku yang bisa menjelaskan urusan tuan.”

Maka Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasalam menulis surat lagi:

“Bismillahirrahmanirrahim.
Dari Muhammad Rasul Allah kepada Al-Mundzir bin Sawa. Kesejahteraan bagi dirimu. Aku memuji bagimu kepada Allah yang tiada Illah selain-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, amma ba’d. Aku mengingatkanmu terhadap Allah Azza wa Jalla. Barangsiapa yang memberi nasihat kepada dirinya sendiri, dan siapa yang menaati utusan-utusanku dan mengikuti mereka, berarti dia telah menaatiku. Barang siapa memberi nasihat kepada mereka, berarti dia telah memberi nasihat karena aku. Aku telah memberi syafaat kepadamu tentang kaummu. Biarkanlah orang-orang muslim karena mereka telah masuk Islam, kumaafkan orang-orang yang telah berbuat  kesalahan dan terimalah mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik, maka kami tidak akan menurunkanmu dari kekuasaanmu. Sapa yang ingin melindungi orang-orang Majusi atau Yahudi, maka dia harus membayar jizyah.” 

Kesimpulan dan penutup
      dakwah dengan berbagai media yang dipilih menjadi sebuah keniscayaan bagi seorang da’i. Dalam catatan sejarah, penggunaan media tulisan dalam berdakwah telah dilakukan oleh Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam. Terlepas dari keberhasilan maupun kegagalan dalam berdakwah menggunakan media ini, ternyata media korespondensi mempunyai sisi yang berbeda dengan media lainnya (al-haal dan al-lisan). Terdapat karakteristik tersendiri dalam berdakwah menggunakan media yang satu ini. Yang menjadi penting untuk dikembangkan saat ini adalah bagaimana melaksanakan dakwah menggunakan tulisan untuk orang lain dengan menggunakan perkembangan teknologi informasi sekarang ini. Media sosial, seperti face book, twiter, e-mail, whats up dan sebagainya akan dapat dijadikan sebagai sarana pendukung dalam pelaksanaan dakwah bi al-qalam. Hanya saja persoalan saat ini adalah, banyak da’i yang masih kurang menangkap perkembangan teknologi, sehingga kepiawaian yang dimiliki hanya pada bagaimana menyampaikan dakwah secara lisan. Dengan demikian, menjadi seorang da’i yang akan melaksanakan dakwah menggunakan tulisan, pada masa kini dituntut untuk bisa menggunakan perkembangan teknologi yang sedang “in”. Keberhasilan dakwah menggunakan jalur tulisan tidak akan membekas apabila akumulasi antara pemilihan media dan bahasa yang baik tidak direalisasikan. Dengan berdasar pada sejarah penggunaan media korespondesi yang telah dilakukan oleh nabi, ditambah dengan peningkatan ilmu dalam dakwah akan memberikan nuansa yang berbeda bagi keberhasilan seorang da’i.


Sumber Penulis : Yoko setiawan  (Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah STEI SEBI)
Posting Komentar

Posting Komentar

close
-->